Selasa, 09 Februari 2010

Kesempatan dan Nasib

dari beberapa hari ini, saya merasa apakah kehidupan itu pernah bertindak adil?




kenapa harus dia yang melakukannya dan bukan orang tuanya?
kenapa dia tidak mempunyai kesempatan hanya untuk sekedar bermain seperti anak-anak seharusnya?






sempatkah dia bertanya pada orang tuanya, " apakah kehidupan memang seperti ini, ayah? "
" tidak, kita hanya tidak memiliki kesempatan "
" siapa yang memberi kesempatan? "
" ......................... "





apakah 'si pemberi kesempatan' tidak memerikan kesempatan kepadanya,
hingga sampai setua inipun tidak memiliki kesempatan menikmati masa tuanya untuk duduk-duduk di beranda, membaca koran sambil minum kopi, dengan cucu-cucu yang berlarian disekitarnya?






dari sejak dilahirkan hingga serenta ini, kehidupan sangat berat.
sedangkan seseorang yang lain, sejak dia dilahirkan sampai meninggalnya, hartanya berkelimpahan.
seperti itukah takdir?
siapa yang berhak berkehidupan layak seumur hidupnya, dan siapa yang harus menanggung beban berat seumur hidupnya?



atas dasar apa nasib ditentukan?
siapa yang menjatuhkan 'vonis' nasib?
" ................"


.

1 komentar:

  1. Sedih ya, Yo? Aku juga seringkali bertanya2 kenapa mereka kayak gt. Tp skrg aku gk terlalu mempersoalkan itu lg. Yang ak persoalkan... kenapa orang2 kayak kita yang mampu enggak bisa meringankan beban mereka. Ak pikir kita yang mampu ada untuk membantu mereka yang berkekurangan. Istilahnya saling mengisi lah...

    Anw, kamu gk jadi ke Bali ya?
    Sayang banget... Padahal ak harap kita bisa saling kenalan satu sama lain. :)

    BalasHapus